Hari itu langit mendung, seolah turut merasakan kesedihan keluarga kecil di pinggiran kota. Saya masih ingat jelas wajah anak-anak Bu Nia yang sembab karena menangis. Kucing kesayangan mereka, Mika—seekor persia putih yang telah bersama keluarga selama lebih dari tujuh tahun—telah…
Read MoreMalam itu, angin berhembus pelan, langit tampak cerah meskipun hatiku dan keluarga terasa gelap. Jam menunjukkan pukul 01.47 dini hari ketika suara tangis keponakanku memecah keheningan rumah. Kakek kami, sosok yang selama ini menjadi payung bagi keluarga besar, telah menghembuskan…
Read MoreSaya ingin membagikan kisah yang hingga kini masih menempel di hati saya—tentang Pak Wibowo dan Ibu Marni, sepasang lansia yang hidup sederhana di pinggiran kota. Mereka tidak memiliki anak, dan sebagian besar keluarga mereka sudah lebih dulu berpulang. Ketika Ibu…
Read MoreHari itu, langit mendung seolah ikut berduka. Saya masih mengingat jelas suara tangisan pelan dari kamar anak saya, Alin, yang baru berusia 9 tahun. Ia memeluk erat tubuh kucing kesayangannya, Mochi, yang baru saja menghembuskan napas terakhir. Mochi bukan sekadar…
Read MoreMalam itu, langit gelap tak berbintang. Sekitar pukul 02.00 dini hari, saya menerima telepon dari sahabat lama, Pak Arya. Di ujung sana, suaranya gemetar. “Istriku, Nia… dia sudah tiada.” Bercerita tentang Hadirnya Layanan Kedukaan 24 Jam yang Memberi Harapan. Ucapan…
Read MoreHari itu masih pagi saat telepon dari Lia masuk. Suaranya gemetar, napasnya terputus-putus. “Kak… Ayah tiba-tiba jatuh di kamar mandi. Dokter bilang… beliau tidak bisa diselamatkan.” Bercerita tentang Ketika Kehilangan Ditangani dengan Cinta dan Empati. Saya terdiam. Ayah Lia, Pak…
Read More