Tidak ada yang pernah siap kehilangan orang yang dicintai. Aku pun begitu. Pagi itu, aku masih berencana mengunjungi Ayah di rumahnya. Namun, sebelum sempat beranjak, telepon dari tetangga Ayah membuat dunia seolah runtuh. Artikel ini bercerita tentang Merelakan dengan Tenang.…
Read MoreSaat telepon dari keluarga Pak Arif berdering, suara di seberang terdengar berat dan dipenuhi kesedihan. Pak Arif, seorang ayah yang telah bekerja bertahun-tahun di luar negeri, meninggal dunia secara mendadak di sebuah rumah sakit di Eropa. Jarak yang begitu jauh,…
Read MoreTelepon itu datang di tengah malam. Saya terbangun oleh dering panjang yang terasa ganjil. Di ujung panggilan, suara Sarah terdengar gemetar, hampir tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. “Kak, Ayah sudah tidak ada… di Paris. Aku tidak tahu harus bagaimana…”. Artikel ini…
Read MorePagi itu, dering telepon yang nyaring memecah keheningan rumah. Saya yang mengangkatnya, tetapi suara di ujung sana membuat saya membeku. “Mas, Ayah tiba-tiba pingsan… Kami sudah di rumah sakit, tapi dokter bilang dia tidak tertolong.” Suara adik saya, Lita, terdengar…
Read MoreSaya mengenal Bu Sari sebagai wanita yang kuat. Seorang istri yang selalu mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Namun pagi itu, saya melihat sosoknya yang berbeda—mata sembab, tangan gemetar, dan napasnya tertahan ketika menerima kenyataan bahwa Pak Wira, suaminya, telah…
Read MoreKabar itu datang di pagi yang kelabu. Pak Yusuf, ayah dari sahabat saya, Farhan, telah berpulang setelah berjuang melawan penyakit yang lama dideritanya. Namun, lebih dari sekadar kehilangan, ada satu keinginan terakhir yang harus mereka wujudkan—Pak Yusuf ingin dimakamkan di…
Read More