Pelukan di Tengah Kesedihan

Kehilangan adalah rasa yang tak pernah mudah dipahami, apalagi diterima. Ketika saya mendapat kabar bahwa Andini, seorang teman lama, baru saja kehilangan ibunya, saya langsung merasa terpanggil untuk hadir. Saya tahu betapa erat hubungan mereka. Bu Santi, ibunya, adalah sosok yang menjadi pusat kekuatan keluarga. Kehilangannya membuat semuanya terasa rapuh, Pelukan di Tengah Kesedihan.

Saat tiba di rumah Andini, suasana begitu berat. Andini duduk di sudut ruangan, matanya sembap, dikelilingi oleh keluarga yang sama-sama tenggelam dalam kesedihan. Namun, di tengah duka itu, mereka juga kewalahan. Banyak hal yang perlu diurus—dari pemilihan peti, pengaturan persemayaman, hingga dokumen yang harus dilengkapi.

Layanan Yang Memberikan Pelukan

“Saya tidak tahu harus mulai dari mana,” kata Andini sambil menatap kosong ke arah saya. “Semua terasa kacau, dan saya takut melakukan kesalahan.”

Saya segera mengingat layanan jasa pemakaman profesional Indonesia yang pernah membantu keluarga teman lain. Dengan persetujuan Andini, saya menghubungi mereka. Sambutan hangat dari petugas di telepon memberikan rasa lega pertama bagi kami. Mereka bertanya dengan lembut, “Apa yang paling ingin Anda kenang dari Ibu? Kami akan membantu memastikan perpisahan ini mencerminkan kasih sayang Anda padanya.”

Tak lama, tim mereka tiba di rumah dengan sopan dan penuh empati. Salah satu petugas, seorang wanita muda dengan senyum menenangkan, langsung berbicara dengan Andini. Ia menjelaskan langkah demi langkah apa yang akan mereka lakukan, memastikan Andini dan keluarganya merasa didampingi di setiap momen.

Mereka mulai dari hal-hal yang paling mendesak—pemilihan peti yang sesuai, pengaturan tempat persemayaman di rumah, hingga dekorasi bunga yang menggambarkan kehidupan Bu Santi. Mawar merah muda dan lili putih menghiasi ruangan dengan anggun, mencerminkan kelembutan hati almarhumah.

Pelukan di Tengah Kesedihan

Saat doa bersama diadakan malam harinya, saya melihat bagaimana kehadiran tim tersebut membawa ketenangan. Mereka mengatur tamu yang datang, menyediakan konsumsi, hingga memastikan keluarga bisa duduk bersama tanpa terganggu oleh hal-hal teknis. Andini yang semula tampak begitu terbebani mulai terlihat lebih tenang.

Hari pemakaman pun tiba. Ambulans jenazah yang digunakan dikemudikan dengan hati-hati, membawa Bu Santi ke tempat peristirahatan terakhirnya. Tim tersebut juga mengatur jalannya prosesi, memberi ruang bagi Andini dan keluarganya untuk fokus pada perpisahan.

Di akhir acara, Andini memeluk saya dengan mata berkaca-kaca. “Mereka membuat semuanya terasa lebih ringan. Saya bisa fokus mengenang Ibu tanpa harus panik memikirkan ini-itu,” ujarnya.

Duka memang tidak pernah mudah, tetapi kehadiran layanan kedukaan yang profesional dan empatik telah menjadi pelukan di tengah kesedihan Andini dan keluarganya. Di balik setiap langkah teknis yang mereka urus, ada kehangatan yang tulus—sebuah pengingat bahwa bahkan di saat tergelap, kita tidak sendirian.

Leave a Comment

Leave a Reply