Bermula dari suatu duka

Di sebuah desa kecil yang terpencil, hiduplah seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun bernama Adi. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kehidupan mereka tidak pernah mudah. Ayah mereka, Pak Budi, adalah tulang punggung keluarga yang bekerja sebagai tukang kayu.

Suatu pagi, ketika matahari baru saja muncul di ufuk timur, Pak Budi jatuh sakit dengan tiba-tiba. Keluarga kecil itu terkejut dan panik. Ibu mereka, Ibu Maya, berusaha sekuat tenaga untuk merawat suaminya, tetapi penyakitnya terlalu parah. Tak lama kemudian, Pak Budi meninggal dunia.

Kepergian Pak Budi merupakan pukulan berat bagi keluarga itu. Ibu Maya terpaksa mengambil alih tanggung jawab sebagai pencari nafkah untuk anak-anaknya. Namun, di desa kecil itu, pekerjaan yang layak sangatlah sulit didapat. Ibu Maya harus mengambil keputusan yang sulit: merantau ke luar negeri untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.

Dengan berat hati, Ibu Maya meninggalkan Adi dan kedua saudaranya di bawah asuhan tetangga yang baik hati. Mereka bertiga sangat merindukan ibu mereka, tetapi mereka juga tahu bahwa Ibu Maya harus berjuang untuk menyediakan kebutuhan mereka.

Beberapa bulan berlalu, kehidupan Adi dan saudaranya semakin sulit. Mereka sering merasa lapar dan sepi tanpa kehadiran Ibu Maya. Di saat-saat seperti itu, mereka hanya bisa mengandalkan satu sama lain.

Ketika kabar tentang pemakaman Pak Budi menyebar di desa, Adi dan saudaranya harus menghadapi kenyataan yang lebih menyedihkan lagi. Tidak banyak orang yang mau membantu mereka menyelenggarakan pemakaman sang ayah. Mereka merasa sendirian dalam kesedihan mereka.

Namun, meskipun bantuan sedikit, tetangga-tetangga dan sedikit saudara yang datang memberikan dukungan moral kepada keluarga kecil itu. Adi, dengan matanya yang masih penuh dengan air mata, memegang erat tangan saudaranya yang lebih tua, mencoba mencari kekuatan dalam kepedihan yang mendalam.

Pemakaman Pak Budi dilalui dengan susah payah. Adi dan saudaranya membantu menggali kuburan dengan tangan mereka sendiri. Meskipun tangisan dan kesedihan meliputi mereka, mereka juga merasakan kekuatan dan kebersamaan di antara mereka.

Setelah pemakaman selesai, mereka kembali ke rumah kosong mereka, menyadari bahwa kehidupan mereka akan berubah selamanya. Namun, di tengah kegelapan, cahaya kecil harapan masih menyala dalam hati Adi. Dia berjanji untuk menjadi kuat, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk saudara-saudaranya dan untuk menghormati warisan ayahnya yang mengajarkan mereka keberanian dan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup.

Leave a Comment

Leave a Reply