Bunga-Bunga Kenangan di Taman Sunyi
Malam itu, hujan turun perlahan seolah turut berduka atas kepergian Nenek Siti. Langit gelap menjadi saksi atas tangis seorang remaja yatim piatu bernama Arif, yang kini harus menghadapi dunia sendirian. Nenek Siti, yang selama ini merawatnya dengan penuh kasih, telah pergi meninggalkan dunia fana seperti Bunga-Bunga Kenangan di Taman Sunyi.
Arif duduk di sudut ruangan rumah sederhana yang penuh kenangan bersama neneknya. Ia merasa kebingungan dan tak berdaya. Pemakaman harus segera dilaksanakan, namun tanpa dukungan finansial, Arif tidak tahu harus berbuat apa. Pikiran tentang bagaimana ia akan mengurus segala sesuatu membuatnya merasa semakin terpuruk.
Jalan
Pagi harinya, ketika matahari mulai mengintip dari balik awan, Arif berusaha mengumpulkan keberanian untuk mencari bantuan. Ia berjalan ke kantor kelurahan dengan harapan bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah. Namun, jawaban yang didapat membuat hatinya semakin hancur, “Maaf, Nak. Untuk bantuan seperti itu, prosesnya cukup lama dan saat ini tidak ada dana yang tersedia.”
Arif meninggalkan kantor kelurahan dengan langkah gontai. Hatinya semakin berat mengingat bagaimana Nenek Siti selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ia pun memutuskan untuk pulang dan merenung, berharap ada keajaiban yang datang.
Saat ia berjalan pulang, matanya tertuju pada sebuah papan pengumuman yang berada di depan kantor jasa pengurusan pemakaman swasta. “Jasa Pengurusan Pemakaman Berkah – Kami Di Sini untuk Anda,” tertulis dengan huruf besar di papan tersebut. Arif mendekat, tanpa harapan yang tinggi, hanya ingin mencari tahu.
Di dalam kantor tersebut, Arif disambut oleh seorang pria paruh baya dengan senyum hangat. “Selamat pagi, Nak. Ada yang bisa kami bantu?” tanya pria itu dengan suara lembut.
Arif menceritakan kisahnya, tentang kepergian neneknya dan kebingungannya dalam mengurus pemakaman. Pria itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu berkata, “Namaku Pak Rizal. Jangan khawatir, kami akan membantu sebisa mungkin.”
Arif merasa sedikit lega. Pak Rizal segera mengurus segala sesuatunya, mulai dari izin pemakaman hingga persiapan lain yang dibutuhkan. Arif tidak pernah merasa sendirian selama proses tersebut. Pak Rizal dan timnya memberikan dukungan emosional yang luar biasa, mereka seperti keluarga baru yang tiba-tiba hadir dalam hidup Arif.
Kenangan Yang Indah Bunga-Bunga Kenangan di Taman Sunyi
Hari pemakaman pun tiba. Arif berdiri di samping liang lahat, menggenggam bunga kenanga yang pernah ditanam neneknya di halaman rumah. Ia mengenang saat-saat bahagia bersama neneknya, bagaimana nenek selalu mengajarkan tentang keteguhan hati dan cinta kasih.
Setelah prosesi pemakaman selesai, Pak Rizal menghampiri Arif dan berkata, “Nenekmu pasti sangat bangga padamu. Kamu telah melakukan yang terbaik untuknya. Jika ada yang bisa kami bantu lagi, jangan ragu untuk menghubungi kami.”
Arif menatap Pak Rizal dengan mata berkaca-kaca, “Terima kasih, Pak. Saya tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan kalian.”
Pak Rizal tersenyum, “Yang perlu kamu lakukan adalah menjalani hidup dengan baik, seperti yang nenekmu harapkan. Itu sudah cukup.”
Dengan berat hati, Arif meninggalkan pemakaman. Namun, kali ini ia tidak merasa sendirian. Ada seberkas harapan di hatinya, bahwa ia bisa menghadapi masa depan dengan keteguhan hati yang telah diajarkan neneknya. Kehilangan ini membuka matanya bahwa di dunia ini masih ada orang-orang baik yang siap membantu tanpa pamrih.
Bunga-bunga kenangan di taman sunyi itu akan selalu menjadi pengingat bahwa cinta kasih neneknya akan terus hidup di dalam dirinya, selamanya.
Leave a Comment