Cinta di Balik Senja

Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah sepasang lansia yang selalu bersama, Budi dan Siti. Setiap pagi, mereka bisa terlihat berjalan beriringan di sepanjang jalan setapak, saling menggenggam tangan dan berbagi senyuman hangat. Hubungan mereka telah melalui berbagai lika-liku kehidupan, namun cinta Cinta di Balik Senja mereka tetap kokoh, seperti pohon tua yang akarnya menghujam dalam tanah.

Namun, kehidupan tidak selalu adil. Siti didiagnosa menderita penyakit yang memerlukan perawatan medis intensif. Budi, dengan seluruh cintanya, mengorbankan tabungan mereka yang sudah terkumpul selama bertahun-tahun. Ia tidak peduli berapa banyak uang yang dihabiskan, asalkan Siti dapat sembuh dan mereka bisa terus bersama.

Berpisah di Perjalanan

Sayangnya, Tuhan berkehendak lain. Pada suatu sore yang mendung, Siti menghembuskan napas terakhirnya di samping Budi. Dunia Budi seketika runtuh. Kepergian Siti meninggalkan kehampaan yang tak tergantikan dalam hatinya.

Budi kini menghadapi kenyataan pahit: tabungan mereka telah habis untuk biaya medis, dan ia kebingungan bagaimana mengurus pemakaman istri tercintanya. Dengan hati yang berat, ia mendatangi kantor jasa pemakaman setempat. Di sana, ia bertemu dengan seorang pegawai bernama Andi, seorang pemuda yang penuh empati.

Andi mendengarkan kisah Budi dengan seksama. Ia bisa merasakan betapa dalamnya cinta yang dimiliki Budi untuk Siti. Tersentuh oleh cerita mereka, Andi memutuskan untuk membantu semampunya. Ia menyusun rencana pemakaman yang sederhana namun penuh makna, mencerminkan cinta sejati yang dimiliki pasangan lansia itu.

Hari pemakaman tiba, dan langit cerah seolah ikut merasakan kedukaan Budi. Di pemakaman, Andi telah menyiapkan segalanya dengan cermat. Bunga-bunga mawar putih menghiasi peti mati Siti, simbol kemurnian cinta mereka. Lagu kesukaan Siti, yang biasa mereka dengarkan bersama, dimainkan lembut di latar belakang.

Para tetangga dan kerabat yang hadir terdiam, meresapi suasana penuh haru. Ketika tiba saatnya Budi memberikan pidato, ia berdiri dengan gemetar namun penuh keberanian. Suaranya serak, namun setiap kata yang keluar penuh dengan cinta dan kenangan. Ia mengenang bagaimana Siti selalu ada untuknya, bahkan di saat-saat tersulit sekalipun.

Kenangan Cinta di Balik Senja

“Terima kasih, Siti, untuk setiap detik yang kita habiskan bersama. Kau adalah cahaya dalam hidupku, dan meskipun kini kau telah tiada, cintamu akan selalu hidup dalam hatiku,” ujar Budi, menahan air mata.

Seluruh hadirin terharu mendengar pidato Budi. Pemakaman itu menjadi momen yang sangat emosional, mengingatkan semua orang akan kekuatan cinta sejati yang tak lekang oleh waktu. Andi, yang berdiri di belakang, merasakan kebanggaan telah bisa membantu mempersembahkan perpisahan yang layak untuk Siti.

Setelah upacara selesai, Budi duduk di dekat makam istrinya, menggenggam bunga mawar yang ia petik dari taman mereka. Ia berbicara lirih, seolah Siti masih di sisinya, mendengarkan setiap kata. Bagi Budi, meski fisik Siti telah tiada, jiwanya akan selalu hidup bersamanya.

Jasa pemakaman swasta yang diberikan dengan tulus oleh Andi telah meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. Mereka menyaksikan bukti nyata bahwa cinta sejati tidak pernah berakhir, bahkan di saat perpisahan terakhir.

Budi, dengan hati yang berat namun penuh kenangan indah, pulang ke rumah yang kini terasa lebih sepi. Ia tahu, di setiap sudut rumah itu, cinta Siti akan selalu menyertainya, memberikan kekuatan untuk melanjutkan hidup.

Di balik senja yang mulai turun, cinta Budi dan Siti akan terus bersinar, abadi dalam setiap kenangan Cinta di Balik Senja.

Leave a Comment

Leave a Reply