Dalam Dekapan Kenangan

Aku masih bisa merasakan dinginnya lantai rumah sakit di kakiku, meski hari itu sudah berlalu beberapa minggu. Ibu telah pergi, meninggalkan lubang besar di hatiku yang tak mungkin bisa diisi oleh apapun. Kehilangan ini begitu mendalam, lebih dari yang pernah kubayangkan. Di antara rasa duka yang menghantam tanpa ampun, aku dihadapkan pada keputusan besar—memindahkan jenazah ibu ke kampung halamannya, tempat di mana kenangan masa kecilnya tertanam dan di mana dia selalu merasa paling tenang, Dalam Dekapan Kenangan.

Awalnya, aku ragu. Banyak yang harus dipikirkan, dari pengurusan dokumen hingga detail teknis yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Namun, saat aku menghubungi jasa pemakaman umum Kamboja, semuanya mulai terasa sedikit lebih ringan. Mereka mengerti, bahkan sebelum aku sempat menjelaskan. Sepertinya, mereka tahu bahwa di balik setiap prosedur, ada hati yang hancur dan seorang anak yang hanya ingin melakukan yang terbaik untuk ibunya.

Kenangan Kehidupan

Pihak Kamboja menjelaskan setiap langkah dengan penuh kesabaran, mulai dari proses pemindahan jenazah hingga pengurusan upacara di kampung halaman ibu. Semua dilakukan dengan perhatian dan empati yang mendalam, seolah-olah mereka juga merasakan kehilangan yang sama denganku. Mereka bahkan menawarkan layanan pendampingan emosional, yang kuakui, sangat membantu di saat-saat genting ini.

Saat hari pemindahan tiba, perasaan campur aduk menguasai diriku. Di satu sisi, aku merasa lega karena akan memenuhi keinginan ibu untuk kembali ke kampung halamannya. Namun, di sisi lain, ada rasa takut—takut akan menghadapi kenangan yang akan semakin menguatkan kenyataan bahwa dia benar-benar sudah tiada. Tapi, aku tahu ini adalah langkah yang harus kuambil, demi memberikan ibu peristirahatan terakhir yang layak.

Di perjalanan menuju kampung halaman, Kamboja memastikan bahwa semua berjalan lancar. Mereka menangani setiap detail dengan hati-hati, dari penanganan jenazah hingga transportasi. Aku tidak perlu khawatir tentang apapun, dan itu memberiku ruang untuk meresapi duka yang terus mengalir di dadaku.

Ketika kami tiba di kampung halaman, udara segar pedesaan menyapa kami. Rasanya seperti ibu yang menyambutku, meski kali ini tanpa senyum hangatnya. Tempat ini masih sama seperti yang pernah dia ceritakan—tenang, penuh dengan hijau pepohonan, dan langit biru yang tak terhalang oleh gedung-gedung tinggi. Aku bisa merasakan kehadirannya di setiap sudut desa ini, seolah dia tak pernah benar-benar pergi.

Dalam Dekapan Kenangan

Proses pemakaman berjalan dengan lancar, tanpa satu pun halangan. Pihak Kamboja benar-benar mengatur semuanya dengan teliti, dari pemilihan lahan hingga upacara terakhir. Mereka bahkan membantu memastikan bahwa setiap orang yang hadir merasa tenang dan dihormati. Aku hanya bisa berterima kasih dalam hati, karena tanpa mereka, aku mungkin tidak akan mampu melalui hari itu.

Setelah semuanya selesai, aku berdiri di depan makam ibu yang baru. Angin lembut menerpa wajahku, dan aku membiarkan air mata mengalir. Aku tahu ini adalah saat yang tepat untuk melepaskan—melepaskan rasa bersalah, melepaskan penyesalan, dan melepaskan ibu. Tapi, aku juga tahu bahwa kenangan akan selalu ada, tersimpan rapi di sudut hatiku yang paling dalam.

Dengan hati yang berat namun penuh kasih, aku melangkah meninggalkan pemakaman. Kamboja memastikan bahwa aku tidak sendiri, mereka mengantarku kembali ke rumah dengan perasaan yang sedikit lebih ringan. Di sepanjang perjalanan pulang, aku berpikir tentang ibu dan betapa beruntungnya aku memiliki waktu bersamanya, meski harus berakhir secepat ini.

Kini, setiap kali aku merindukan ibu, aku tahu dia berada di tempat yang diinginkannya. Dan itu memberiku ketenangan, karena aku tahu, dalam setiap doa dan kenangan, ibu akan selalu hidup.

Leave a Comment

Leave a Reply