Di Antara Kenangan dan Penghormatan

Saat aku menerima telepon dari ibu, dunia yang biasanya sibuk dan berputar cepat seketika terasa hening. Ayah yang selama ini tampak tegar dan kuat, telah pergi untuk selamanya. Hati kecilku berontak, menolak kenyataan ini. Namun, takdir tidak bisa ditawar. Aku yang kini tinggal dan bekerja di luar kota harus segera kembali ke kampung halaman, Di Antara Kenangan dan Penghormatan.

Aku tiba beberapa hari setelah kepergian ayah. Upacara pemakaman telah dilaksanakan oleh keluarga yang berada di dekat rumah, di sebuah tempat pemakaman umum yang sederhana. Di dalam hatiku, ada perasaan bersalah karena tidak bisa mendampingi beliau di saat-saat terakhirnya. Namun, aku tahu ini bukan akhir dari tugasku sebagai anak.

Perjalanan Kenangan Yang Indah

Setelah berdiskusi dengan keluarga, kami memutuskan untuk memindahkan makam ayah ke Tempat Pemakaman Khusus (TPS) Al-Azhar, sebuah lokasi yang lebih dekat dengan ibu dan lebih nyaman untuk ziarah. Pemindahan ini bukan sekadar memindahkan jasad, tetapi juga membawa kenangan dan penghormatan terakhir yang lebih dalam untuk ayah.

Proses ini tentu saja bukan hal mudah. Banyak emosi bercampur aduk saat aku menghubungi layanan pemakaman profesional umum. Mereka datang dengan tenang dan penuh pengertian, seolah-olah sudah memahami beban perasaan yang kami rasakan. Dengan teliti, mereka mengatur segala persiapan—mulai dari penggalian hingga pemindahan jenazah. Bahkan, mereka menyediakan ambulans khusus yang akan mengantar jenazah ayah dengan aman dan penuh hormat menuju TPS Al-Azhar.

Hari itu, ketika semua sudah siap, kami berangkat menuju tempat peristirahatan baru ayah. Di dalam ambulans, aku duduk dalam diam, memandangi kotak kayu yang kini menjadi rumah sementara ayah. Terbayang wajah beliau yang ramah, senyum penuh kasih sayang yang selalu menenangkan hatiku di masa kecil. Air mata yang sedari tadi kutahan akhirnya jatuh, satu demi satu, membasahi pipiku.

Aku merasakan bagaimana para petugas pemakaman menjalankan tugas mereka dengan begitu penuh perhatian. Mereka tahu bahwa ini bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi tentang membantu sebuah keluarga melewati masa yang paling berat dalam hidup mereka. Dengan tangan terampil namun penuh kelembutan, mereka mengangkat peti ayah dari ambulans dan membawanya menuju liang lahat yang baru.

Di Antara Kenangan dan Penghormatan

Ibu berdiri di sampingku, wajahnya sudah sangat lelah oleh tangisan, tetapi ada secercah kelegaan di matanya. Kami memandang bersama saat peti ayah diturunkan dengan hati-hati. Aku merasakan kehadiran ayah di sana, seolah dia tersenyum kepada kami, berterima kasih karena telah membawa dia ke tempat yang lebih baik.

Setelah pemakaman selesai, ada perasaan yang sulit dijelaskan. Rasanya seolah-olah beban besar telah terangkat dari pundakku. Meski kesedihan masih menyelimuti, aku tahu bahwa ayah kini berada di tempat yang layak, dikelilingi oleh keluarga yang akan selalu mengingat dan mendoakannya.

Layanan pemakaman yang membantu proses ini tidak hanya sekadar menyediakan jasa. Mereka juga memberikan dukungan emosional yang tak ternilai harganya. Aku tidak pernah menyangka bahwa proses yang begitu sulit dan penuh air mata ini bisa berjalan dengan begitu teratur dan penuh penghormatan.

Ketika kami meninggalkan TPS Al-Azhar, aku merasakan ketenangan yang belum pernah aku rasakan sejak kepergian ayah. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan sering datang ke sini, mengunjungi beliau, berbagi cerita tentang hidupku yang masih panjang. Setiap ziarah akan menjadi momen untuk mengingat betapa berharganya setiap detik yang pernah kami habiskan bersama.

Di perjalanan pulang, aku menggenggam tangan ibu dengan erat. Kami tidak perlu berkata-kata, karena kami tahu bahwa di dalam hati kami, kenangan ayah akan selalu hidup. Dan meski beliau telah pergi, cintanya akan terus menjadi penerang di setiap langkah kami ke depan.

Leave a Comment

Leave a Reply