Hadiah Terakhir
Matahari baru saja terbenam, meninggalkan langit berwarna merah jingga yang meredup. Di sebuah rumah sederhana, suasana duka menyelimuti. Rumah itu milik seorang ibu bernama Sari, yang baru saja berpulang setelah berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya selama bertahun-tahun. Sari adalah seorang ibu yang penuh cinta dan pengorbanan. Kehilangan dirinya meninggalkan luka mendalam bagi kedua anaknya, Ayu dan Budi, Hadiah Terakhir.
Aku mengenal Sari sejak lama. Dia adalah teman baikku. Sari selalu ceria, meskipun beban hidup sering kali menghimpitnya. Ketika suaminya meninggal lima tahun yang lalu, dia tak pernah menunjukkan kesedihannya di depan anak-anaknya. Ia tahu bahwa hidup harus terus berjalan, dan dia bertekad memberikan yang terbaik bagi Ayu dan Budi.
Kesenangan Sesaat
Ketika Sari didiagnosa menderita penyakit yang mematikan, ia menyembunyikan kesedihannya. Ia tak ingin anak-anaknya merasakan beban yang sama. Sebagai teman, aku bisa merasakan kekhawatiran yang mendalam di matanya. Ia tahu waktunya tak banyak, tapi ia tetap berusaha tegar dan kuat di hadapan anak-anaknya.
Suatu hari, Sari memintaku menemaninya ke kantor asuransi. Ia berkata bahwa dia ingin memastikan masa depan Ayu dan Budi. Sari membeli polis asuransi kematian dengan sisa tabungannya. Dia ingin memberikan jaminan bahwa anak-anaknya akan tetap bisa melanjutkan hidup dengan layak meskipun dirinya sudah tiada.
Waktu berlalu, dan Sari semakin lemah. Namun, senyum dan semangatnya tak pernah pudar. Dia mengajari Ayu memasak, mengajari Budi mengurus rumah. Ia juga menanamkan nilai-nilai kebaikan dan cinta kasih dalam hati mereka. Dia tahu bahwa waktu itu sangat berharga, dan dia menggunakan setiap detiknya untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Hari itu tiba, ketika Sari akhirnya menyerah pada penyakitnya. Ayu dan Budi menangis tanpa henti di samping tempat tidurnya. Aku berada di sana, menyaksikan kepergian sahabat terbaikku. Hati ini terasa hancur, tapi aku tahu bahwa Sari sudah melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Hadiah Terakhir dari Cinta
Setelah kepergian Sari, aku membantu Ayu dan Budi mengurus semua urusan yang tersisa. Kami membuka surat-surat yang ditinggalkan Sari, dan di sana terdapat polis asuransi pemakaman yang pernah kami urus bersama. Ayu dan Budi terkejut mengetahui bahwa ibu mereka telah mempersiapkan semuanya dengan begitu matang. Mereka menangis, tapi kali ini bukan hanya karena kehilangan, tapi juga karena merasa begitu dicintai.
Dengan uang asuransi itu, Ayu bisa melanjutkan pendidikannya di universitas yang diimpikannya. Budi bisa memulai usaha kecil yang selama ini dia rencanakan bersama ibunya. Mereka hidup dengan baik, meskipun tanpa sosok ibu di samping mereka. Namun, cinta dan pengorbanan Sari tetap hidup dalam setiap langkah yang mereka ambil.
Waktu terus berjalan, tapi kenangan tentang Sari selalu hadir dalam hati kami. Ayu dan Budi tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan penuh cinta, seperti yang diinginkan ibu mereka. Warisan cinta dari Sari tetap abadi, menjadi cahaya yang menerangi jalan mereka di masa depan.
Ketika aku melihat senyum di wajah Ayu dan Budi, aku tahu bahwa Sari masih ada di sana, dalam setiap langkah mereka. Kasih sayang yang ditinggalkan Sari bukan hanya sekedar uang, tapi juga pelajaran tentang cinta dan pengorbanan seorang ibu. Sari mungkin sudah tiada, tapi cintanya akan selalu hidup dalam hati anak-anaknya, selamanya.
Leave a Comment