Jejak Kenangan
Di suatu sudut kota kecil yang tersembunyi di antara pegunungan, hiduplah seorang pria tua bernama Daniel. Ia adalah seorang ayah yang telah kehilangan anaknya, Sarah, bertahun-tahun yang lalu. Sarah adalah segalanya baginya, sinar matahari di pagi hari, dan bintang di malam hari. Namun, takdir telah memisahkan mereka ketika Sarah meninggal karena penyakit yang tak terduga.
Setiap pagi, Daniel akan duduk di teras rumahnya, menatap jauh ke arah bukit tempat Sarah sering bermain. Di sana, jejak kenangan masa lalu masih terasa begitu kuat. Tiap langkah yang diambilnya membawanya lebih dekat pada ingatan tentang putrinya. Meskipun tubuhnya melemah, semangatnya masih terjaga, terus mendorongnya untuk melangkah maju.
Jejak
Suatu hari, Daniel memutuskan untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang pernah dikunjungi bersama Sarah. Pertama, mereka pergi ke taman yang indah di pinggiran kota. Di sana, mereka dulu sering bermain layang-layang dan menikmati keindahan alam. Namun, kali ini, Daniel duduk sendirian di bawah pohon rindang, membiarkan angin menerpa wajahnya sambil membiarkan kenangan menyapu pikirannya.
Kemudian, Daniel pergi ke sekolah Sarah. Di sana, ia mengingat saat-saat indah ketika ia menjemput putrinya setiap hari setelah sekolah. Kenangan akan tawa riang Sarah dan candaan mereka membuat hatinya terasa hangat meskipun rasa kehilangan masih menyiksa.
Perjalanan berlanjut ke tempat-tempat lain yang pernah mereka kunjungi bersama. Setiap tempat menghadirkan kenangan yang mendalam dan rasa kehilangan yang semakin dalam. Namun, di tengah kesedihan yang menyelimuti hatinya, Daniel mulai menyadari bahwa meskipun Sarah telah pergi, kenangan mereka tetap hidup dan menguatkan semangatnya.
Dalam perjalanan pulang, Daniel tersadar bahwa meskipun Sarah tidak lagi bersamanya secara fisik, cintanya padanya tetap abadi. Ia tahu bahwa putrinya akan selalu hadir dalam setiap hembusan angin, setiap sinar matahari, dan setiap bintang yang bersinar di malam hari.
Kenangan
Kembali di rumah, Daniel menatap foto-foto Sarah yang terpajang di dinding. Meskipun air mata mengalir di pipinya, ia merasa lega. Lega karena telah menghadapi perjalanan emosional yang membebaskan dirinya dari belenggu kesedihan. Meskipun perpisahan itu menyakitkan, ia tahu bahwa cinta mereka akan terus menghubungkan mereka, meskipun dalam bentuk kenangan.
Daniel mengambil sepasang layang-layang yang dulu sering mereka mainkan bersama. Dengan hati yang penuh cinta dan rasa syukur, ia melepaskan layang-layang itu ke angkasa, membiarkannya terbang bebas di antara awan-awan. Layang-layang itu melayang-layang tinggi, menyatukan Daniel dengan Sarah dalam dunia yang lain, di mana kehilangan tidak lagi menyakitkan, dan cinta selalu ada.
Leave a Comment