Kehilangan Yang Terjaga

Hari itu hujan turun deras, seakan langit pun ikut berduka. Di sebuah rumah kecil di pinggiran kota, seorang pria bernama Aditya duduk di ruang tamu yang terasa hampa. Aroma bunga melati yang mulai layu memenuhi ruangan, mengingatkannya pada kepergian sang istri tercinta, Amara. Seminggu telah berlalu sejak Amara meninggalkan dunia ini, namun rasa kehilangan itu masih begitu segar di hati Aditya, Kehilangan Yang Terjaga.

Aditya mengenang senyum hangat Amara, tawa lembutnya, dan sentuhan kasih sayangnya. Mereka telah bersama selama dua puluh tahun, menjalani suka dan duka bersama. Amara adalah pusat dari dunianya, dan kini tanpa kehadirannya, Aditya merasa tersesat.

Sebuah Kisah

Ketika Amara pertama kali jatuh sakit, Aditya berjanji untuk selalu berada di sisinya. Namun, janji itu tak mampu menghentikan waktu atau menghalangi takdir. Aditya merasa hampa dan tak berdaya, seperti sebuah perahu yang kehilangan arah di lautan luas.

Namun, di tengah lautan kesedihan itu, ada satu cahaya yang muncul. Cahaya itu datang dalam bentuk layanan pemakaman yang terpercaya dikelola oleh Kamboja. Sejak awal, mereka hadir dengan kehangatan dan pengertian yang tulus. Mereka tidak hanya mengurus semua urusan praktis terkait pemakaman, tetapi juga memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan Aditya.

Malam itu, ketika Aditya merasa kesepian di rumah yang terasa semakin sunyi, teleponnya berdering. Suara lembut di ujung sana memperkenalkan diri sebagai Lia dari Kamboja. “Pak Aditya, kami di sini untuk Anda. Apapun yang Anda butuhkan, kami siap membantu,” kata Lia dengan penuh empati.

Lia bukan hanya sekadar petugas pemakaman. Ia mendengarkan cerita-cerita Aditya tentang Amara, tentang bagaimana mereka bertemu di sebuah acara seni, tentang malam-malam yang mereka habiskan bersama di balkon rumah, menatap bintang-bintang sambil berbincang tentang mimpi-mimpi mereka. Lia mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan ruang bagi Aditya untuk mengenang dan mengekspresikan kesedihannya.

Pada hari pemakaman, Kamboja mengatur segalanya dengan begitu rapi dan penuh hormat. Mereka menyiapkan tempat pemakaman yang indah, dihiasi dengan bunga-bunga kesukaan Amara. Teman-teman dan keluarga datang memberikan penghormatan terakhir, dan dalam momen itu, Aditya merasakan kehadiran Amara di setiap hembusan angin, di setiap kelopak bunga yang jatuh perlahan.

Kehilangan Yang Terjaga Dalam Hati

Namun, yang paling berarti bagi Aditya adalah setelah pemakaman selesai. Kamboja tidak hanya meninggalkannya begitu saja. Mereka tetap berhubungan, memastikan Aditya tidak merasa sendirian. Mereka mengadakan pertemuan bulanan bagi mereka yang berduka, sebuah komunitas yang saling mendukung. Di sana, Aditya bertemu dengan orang-orang yang juga kehilangan orang terkasih, dan mereka berbagi cerita, tangisan, dan harapan.

Suatu malam, setelah menghadiri pertemuan itu, Aditya berdiri di balkon rumahnya. Bintang-bintang bersinar terang, seakan mengirim pesan dari Amara. Dengan hati yang masih penuh kesedihan, Aditya mulai merasakan kekuatan baru dalam dirinya. Ia menyadari bahwa meskipun Amara telah pergi, cintanya tetap ada, terjaga dalam setiap kenangan dan dalam dukungan yang ia terima dari orang-orang di sekitarnya.

Kamboja telah memberikan lebih dari sekadar layanan pemakaman. Mereka memberikan harapan, kekuatan, dan rasa kebersamaan yang tak ternilai. Mereka mengingatkan Aditya bahwa dalam kehilangan, ada cinta yang tetap terjaga, dan dalam kesedihan, ada cahaya yang selalu siap memandu.

Dengan dukungan yang ia terima, Aditya mulai menemukan cara baru untuk menjalani hidupnya. Ia memutuskan untuk meneruskan mimpi-mimpi yang ia dan Amara pernah bicarakan. Dengan setiap langkah yang ia ambil, Aditya membawa cinta dan kenangan Amara bersamanya, merasa tidak lagi sendiri di tengah lautan duka.

Leave a Comment

Leave a Reply