Ketika Perpisahan Datang Tanpa Diduga

Pagi itu, dering telepon yang nyaring memecah keheningan rumah. Saya yang mengangkatnya, tetapi suara di ujung sana membuat saya membeku. “Mas, Ayah tiba-tiba pingsan… Kami sudah di rumah sakit, tapi dokter bilang dia tidak tertolong.” Suara adik saya, Lita, terdengar putus asa. Artikel ini membahas tentang Ketika Perpisahan Datang Tanpa Diduga.

Ayah. Sosok yang selalu terlihat kuat dan penuh canda, kini telah pergi begitu mendadak. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya, tidak ada perpisahan. Hanya ada kekosongan yang begitu menyakitkan.

Ketika saya tiba di rumah sakit, ibu dan adik saya masih menangis di sudut ruangan. Tubuh ayah telah ditutupi kain putih. Saya ingin menangis, tetapi di saat yang sama, ada begitu banyak hal yang harus diurus. Kami bahkan tidak tahu harus mulai dari mana.

Duka yang Mendalam, Terbantu dengan Sentuhan Kepedulian

Saya menghubungi layanan pemakaman terbaik Surabaya yang direkomendasikan seorang teman. Suara di telepon terdengar tenang dan penuh empati. “Kami turut berduka. Kami akan membantu dari awal hingga akhir. Izin kematian, pemulasaraan, transportasi jenazah, hingga pemakaman—semua akan kami urus. Silakan fokus bersama keluarga.”

Tidak butuh waktu lama, tim mereka datang ke rumah sakit. Mereka menangani dokumen rumah sakit, mengurus izin dari kepolisian, hingga berkoordinasi dengan pengurus tempat pemakaman. Semua dilakukan dengan profesionalisme yang menenangkan.

Ketika jenazah ayah dibawa ke rumah, mereka memastikan pemulasaraan dilakukan dengan penuh penghormatan. Setiap gerakan mereka lembut, penuh rasa hormat, seolah memahami bahwa setiap inci dari tubuh yang mereka sentuh adalah seseorang yang sangat kami cintai.

Ibu, yang masih terguncang, hanya bisa terduduk di samping saya. “Kalau tidak ada mereka, kita pasti kewalahan…” bisiknya. Saya hanya mengangguk, merasakan hal yang sama.

Doa bersama di rumah berlangsung dengan lancar. Tim layanan kedukaan telah menata ruangan, mengatur kursi, bahkan memastikan tamu yang datang mendapat tempat untuk berbagi belasungkawa.

Ketika Perpisahan Datang Tanpa Diduga

Ketika waktu pemakaman tiba, ambulance jenazah sudah siap. Tidak ada keterlambatan, tidak ada kebingungan. Semua telah diatur, memberi kami ruang untuk benar-benar merasakan kehilangan ini, tanpa terganggu urusan teknis yang bisa melelahkan.

Di pusara ayah, saya melihat ke sekeliling. Ibu dan Lita menangis, tetapi kali ini dengan sedikit lebih tenang. Kepergian yang mendadak memang meninggalkan luka yang dalam, tetapi setidaknya kami tidak perlu merasakan kelelahan karena mengurus ini semua sendiri.

Ketika pemakaman usai, salah satu petugas mendekati saya dan berkata, “Kami hanya ingin memastikan bahwa perpisahan ini berjalan dengan baik, agar keluarga bisa mengenang beliau dengan tenang.”

Saya menatapnya sejenak, lalu mengangguk. Dalam situasi paling menyakitkan ini, kehadiran mereka bukan hanya sebagai penyedia jasa, tetapi sebagai tangan yang membantu kami melewati duka.

Leave a Comment

Leave a Reply