Melepaskan Dirimu
Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan, hiduplah seorang siswa bernama Ario. Ario adalah anak yang cerdas dan ramah, namun dia sering menjadi sasaran perundungan di sekolahnya. Setiap hari, dia harus menghadapi ejekan dan celaan dari teman-teman sekelasnya. Mereka memanggilnya dengan berbagai julukan yang menyakitkan, membuatnya merasa terpinggirkan dan tidak berarti.
Setiap kali Ario pulang ke rumah, dia berusaha menyembunyikan kesedihannya dari orang tuanya. Dia tidak ingin membuat mereka khawatir atau merasa bersalah. Namun, dalam keheningan kamarnya, air matanya sering menjadi saksi bisu dari penderitaan yang dia alami. Dia merasa sendirian, tanpa ada yang memahami perjuangannya.
Kesalahan
Pada suatu hari, ketika beban yang dia tanggung terasa semakin berat, Ario memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dia merasa bahwa dunia ini tidak lagi menawarkan harapan baginya. Dengan hati yang berat, dia menulis sepucuk surat kepada orang tuanya, menjelaskan rasa sakitnya dan meminta maaf atas keputusannya.
Dalam surat itu, Ario menulis, “Maafkan aku, ibu dan ayah. Aku tidak kuat lagi menghadapi semua ini. Aku mencintai kalian, tetapi hidupku terasa begitu tidak berarti. Sampaikan salam terakhirku kepada adikku yang aku sayangi. Semoga dia tidak pernah merasakan penderitaan seperti yang kurasakan.”
Setelah menulis surat itu, Ario pergi ke tepi sungai yang terletak di luar kota. Dia duduk di sana, membiarkan suara gemericik air sungai mengiringi langkah terakhirnya. Dia menutup mata dan membiarkan dirinya terhanyut oleh arus air yang tenang.
Sementara itu, di rumahnya, orang tua Ario merasa gelisah karena anak mereka belum juga pulang. Mereka mencari Ario ke mana-mana, tetapi tidak berhasil menemukannya. Ketika mereka menemukan surat yang ditinggalkan oleh Ario di kamarnya, mereka merasakan kepanikan yang tak tergambarkan.
Dalam keputusasaan, mereka segera melaporkan kepergian Ario kepada pihak berwenang. Tim penyelamat segera dikerahkan untuk mencari Ario di sekitar sungai dan daerah sekitarnya.
Waktu Tidak Dapat Diputar Kembali
Beberapa jam kemudian, mereka menemukan tubuh Ario terapung di sungai. Hatinya yang hancur melihat putra mereka yang tercinta telah pergi untuk selamanya. Mereka meratapi kehilangan itu dengan kesedihan yang mendalam, menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa melindungi Ario dari penderitaan yang dia alami di sekolah.
Di pemakaman Ario, keluarga dan teman-temannya berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir. Semua orang terguncang oleh kenyataan bahwa perundungan bisa menyebabkan kehilangan yang begitu besar. Mereka berjanji untuk lebih peduli dan membantu mereka yang merasa terpinggirkan.
Saat matahari terbenam, langit memerah seakan menangisi kepergian seorang anak yang seharusnya memiliki masa depan yang cerah. Namun, dalam kegelapan itu, ada cahaya kecil harapan bahwa kisah Ario akan menjadi pelajaran berharga bagi semua orang untuk lebih menghargai kehidupan dan saling mendukung satu sama lain.
Leave a Comment