Melodi Terakhir

Angin sepoi-sepoi menyapa rambutnya yang berantakan, mengusap pipinya yang masih hangat dari jejak tangisnya. Langit senja menyelimuti keheningan di dalam hatinya yang remuk. Di sudut jalan kecil yang sunyi, Adam duduk termenung di atas batu nisan. Di hadapannya, selembar kertas bertuliskan ‘Ibu Tercinta’ beringsut perlahan di atas tumpukan tanah segar Melodi Terakhir.

Hanya beberapa hari yang lalu, dunianya hancur. Ibunya, satu-satunya orang yang selalu ada di sampingnya, telah pergi meninggalkannya. Namun, tak hanya kehilangan itu yang membuatnya terpukul, tapi juga beban biaya pemakaman yang menghantui pikirannya.

Melodi Terakhir Kehidupan

Adam menatap langit, mengingat kembali saat-saat terakhir ibunya di rumah sakit. Mata lelah dan senyum lemah yang tak pernah lekang di wajahnya. “Jangan khawatir, nak. Ibu akan baik-baik saja,” bisiknya dengan suara yang rapuh namun penuh kasih. Itu adalah janji terakhir yang ibunya ucapkan padanya sebelum napas terakhirnya menghampiri.

Namun, janji itu berbanding terbalik dengan kenyataan. Biaya pemakaman yang tak terduga merobek keheningan duka Adam. Setumpuk tagihan mengancamnya, menggertak akan mengubur ibunya dalam utang. Dia bekerja sebagai karyawan toko serba ada, penghasilannya hanyalah secuil untuk menyambung hidup sehari-hari, apalagi untuk urusan pemakaman yang mahal.

Namun, di tengah keputusasaannya, cahaya kecil menyinari jalan keluar. Di sudut internet, dia menemukan layanan pengurusan pemakaman swasta yang menawarkan opsi pembayaran yang fleksibel. Dengan gemetar, Adam mengetuk keyboard, memohon pertolongan untuk memberikan ibunya pemakaman yang layak.

Beberapa hari berlalu sejak dia mengajukan permohonan. Ketika teleponnya berdering, hatinya berdesir kencang dalam kegelisahan. “Halo, ini Adam,” sambutnya dengan suara serak.

“Saya dari Layanan Pemakaman Suci,” kata suara hangat di ujung telepon. “Kami telah meninjau permohonan Anda, dan kami ingin membantu. Kami memiliki opsi pembayaran yang dapat disesuaikan dengan kemampuan Anda.”

Air mata Adam tak bisa lagi dia tahan saat mendengar kabar tersebut. Rasa terima kasih yang mendalam memenuhi hatinya. “Terima kasih, terima kasih banyak,” ucapnya terbata.

Melodi Yang Terus Mengalir

Setelah menyelesaikan rincian administrasi, Adam kembali menatap langit, kali ini dengan rasa lega yang belum pernah ia rasakan sejak kepergian ibunya. Dalam kegelapan senja, ada cahaya harapan yang mengarahinya.

Hari pemakaman tiba. Adam mengenakan pakaian terbaiknya, berdiri tegak di samping makam ibunya. Wajahnya pucat, namun matanya bersinar dengan kehangatan yang tak tergantikan. Di hadapannya, layanan pemakaman telah menyelenggarakan upacara yang indah. Bunga-bunga segar menghiasi makam, lagu-lagu indah mengalun sebagai melodi terakhir untuk ibunya.

Ketika peti mati diturunkan perlahan ke dalam liang lahat, Adam merasakan getaran emosi di setiap serat tubuhnya. Namun, di antara kesedihan yang mendalam, ada rasa syukur yang mengalir di dalamnya. Syukur atas bantuan yang diberikan oleh Layanan Pemakaman Suci, syukur atas kesempatan untuk memberikan ibunya perpisahan yang layak.

Saat matahari terbenam di balik cakrawala, Adam meletakkan seikat bunga mawar merah di atas makam ibunya. Dia merasakan kehangatan pelukan terakhir dari sang ibu, merasakan cinta yang takkan pernah pudar walaupun jasadnya telah terpisah jauh.

Di tengah kegelapan senja, Adam merenung. Meskipun ibunya telah pergi, namun cintanya akan selalu menyala, menjadi melodi terakhir yang mengiringi langkahnya di sepanjang perjalanan hidupnya.

Leave a Comment

Leave a Reply