Perjalanan Pulang yang Terakhir

Raka duduk terpaku di sudut kamar kosnya yang sempit. Matanya sembab dan kepala terasa berat. Telepon dari kampung halaman pagi tadi membuat dunianya runtuh seketika. Ibunya meninggal dunia. Kehilangan yang begitu mendadak membuat Raka sulit menerima kenyataan. Dalam pikirannya, masih terngiang suara ibu yang selalu memberikan semangat untuk menuntut ilmu setinggi mungkin dan sekarang ia harus melakukan Perjalanan Pulang yang Terakhir.

Sebagai seorang mahasiswa rantau di kota besar, Raka tidak memiliki banyak uang. Tabungannya hampir habis untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari. Namun, pulang ke kampung halaman adalah keharusan. Dia harus berada di sana, memberikan penghormatan terakhir untuk ibunya yang tercinta.

Perjalanan Kehidupan

Dengan tangan gemetar, Raka mencoba menghubungi teman-temannya, berharap ada yang bisa meminjamkan uang untuk tiket perjalanan. Sayangnya, keberuntungan seakan tidak berpihak. Hampir semua temannya juga dalam kondisi keuangan yang serupa, pas-pasan untuk bertahan hidup di kota yang mahal ini.

Putus asa mulai merayapi pikirannya. Dia merasa tidak berdaya dan terpukul. Bagaimana mungkin dia tidak bisa pulang untuk ibunya? Air mata mengalir deras di pipinya. Di saat yang sama, sebuah pesan singkat masuk ke teleponnya. Pesan dari seorang teman lama yang tak sengaja mendengar kabar duka tersebut.

Dalam pesan itu, temannya memberi tahu tentang sebuah jasa pengurusan pemakaman swasta yang mungkin bisa membantu. Raka tidak terlalu berharap, namun dia memutuskan untuk menghubungi mereka. Dengan suara serak, dia menceritakan situasinya pada petugas jasa tersebut.

“Tenang saja, Mas Raka. Kami akan membantu,” kata suara di ujung telepon dengan lembut. Tidak lama kemudian, seorang perwakilan dari jasa tersebut datang ke kos Raka. Mereka berbicara panjang lebar, dan Raka terkejut ketika mengetahui bahwa mereka bersedia mengurus segala sesuatunya, termasuk transportasi jenazah dan pemakaman yang layak, dengan biaya yang bisa dicicil.

Raka tidak tahu harus berkata apa. Perasaan syukur dan haru bercampur aduk di dalam dadanya. Malam itu, dia tidur dengan hati sedikit lebih tenang, meski kesedihan masih menyelimutinya.

Pagi berikutnya, Raka berangkat ke kampung halaman dengan ditemani perwakilan jasa pengurusan pemakaman. Sepanjang perjalanan, kenangan bersama ibu terus mengalir di benaknya. Saat-saat bahagia, nasihat-nasihat bijak, dan senyum hangat ibu yang selalu menyambutnya setiap kali pulang.

Sebuah Perjuangan Hidup Perjalanan Pulang yang Terakhir

Setibanya di kampung, Raka langsung menuju rumah duka. Tangis keluarga dan tetangga menyambut kedatangannya. Raka berlutut di samping jenazah ibunya, memohon maaf dan mengucapkan salam perpisahan yang penuh dengan rasa cinta.

Prosesi pemakaman berjalan lancar berkat bantuan jasa pemakaman swasta tersebut. Mereka mengurus semuanya dengan penuh profesionalisme dan empati. Raka merasa sangat terbantu. Setelah pemakaman selesai, dia duduk di samping makam ibunya, mengirimkan doa-doa terbaik.

Malam itu, Raka merasa bahwa meski hidup seringkali memberikan cobaan yang berat, masih ada tangan-tangan baik yang siap membantu. Dia mengerti bahwa ibu pasti tidak ingin melihatnya berlarut dalam kesedihan. Di depan makam itu, Raka berjanji akan terus berjuang dan menyelesaikan pendidikannya, mewujudkan impian ibu yang selalu menginginkannya sukses.

Perjalanan pulang ini memang yang terakhir bagi ibu, tetapi bagi Raka, ini adalah awal dari sebuah tekad baru. Sebuah janji untuk selalu melangkah maju, meski dalam keterbatasan dan kesulitan. Dengan hati yang penuh rasa syukur dan semangat yang diperbaharui, Raka siap menghadapi masa depan.

Leave a Comment

Leave a Reply