Perpisahan Terakhir
Di sebuah desa, tinggalah keluarga Suryadi. Mereka hidup di rumah kecil yang reyot di pinggiran desa. Ayah, ibu, dan dua anak, Devi dan Budi, berjuang keras setiap hari untuk bertahan hidup tetapi malapetaka muncul yaitu Perpisahan Terakhir.
Suatu hari, tragedi mendera keluarga itu. Sang nenek, sosok yang menjadi penyangga keluarga, meninggal dunia karena sakit tua. Tetapi, kesedihan mereka tidak hanya terbatas pada kepergian sang nenek. Masalah lain muncul, sebuah masalah yang bahkan lebih besar dari kemiskinan yang mereka hadapi: biaya pemakaman.
Ayah, Pak Suryadi, menggigil ketika ia mendengar biaya pemakaman sederhana pun ternyata tidak terjangkau bagi keluarganya. Dengan mata berkaca-kaca, ia merasa putus asa. Bagaimana mungkin ia memberikan perpisahan yang pantas bagi ibu dari anak-anaknya?
Perjalanan
Ibu, Bu Suryadi, tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Ia menatap suaminya dengan mata penuh ketakutan. “Apa yang akan kita lakukan, Pak? Bagaimana kita bisa memberikan perpisahan terakhir untuk ibu dengan layak?”
Devastasi menyelimuti keluarga itu. Namun, di tengah keputusasaan mereka, cahaya kebaikan muncul dari komunitas mereka sendiri. Tetangga-tetangga mereka, meskipun mereka sendiri hidup dalam kesulitan, berkumpul untuk membantu.
Tangan-tangan yang bekerja bersama, menyatukan upaya untuk memberikan yang terbaik bagi nenek yang telah pergi. Mereka menyumbangkan apa yang mereka bisa: uang, bahan makanan, bahkan tenaga kerja.
Mereka bekerja keras mempersiapkan pemakaman, membuat peti mati dari kayu yang mereka temukan, mengatur acara, dan menyediakan makanan untuk tamu yang datang. Tidak ada yang mementingkan diri sendiri, semuanya bertujuan untuk menghormati almarhumah.
Kenangan Perpisahan Terakhir
Hari pemakaman tiba. Keluarga Suryadi berdiri di samping peti mati, di tengah-tengah kerumunan orang-orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Mata mereka penuh rasa syukur dan haru karena telah dibantu oleh komunitas mereka.
Ketika jenazah nenek diturunkan ke liang lahat, seolah-olah semua beban telah terangkat dari pundak keluarga Suryadi. Meskipun mereka masih hidup dalam kemiskinan, mereka merasakan kekayaan dari kasih sayang dan solidaritas yang mereka terima dari orang-orang di sekitarnya.
Dengan hati yang penuh rasa syukur, mereka menyadari bahwa keluarga bukan hanya tentang darah daging, tetapi juga tentang komunitas yang peduli satu sama lain. Meskipun perpisahan terakhir telah tiba, semangat persatuan dan kebaikan tetap hidup di hati mereka.
Leave a Comment