Selamat Jalan Sahabatku
Saat itu adalah pagi yang tenang di Jakarta ketika telepon genggamku bergetar di atas meja. Panggilan dari nomor asing, dan aku hampir mengabaikannya jika saja hatiku tidak tiba-tiba merasakan kekhawatiran yang aneh. Ketika aku mengangkat telepon, suaranya terdengar pelan dan berat di seberang sana, Selamat Jalan Sahabatku.
“Pak Andi?” tanya suara yang tak kukenal, namun segera mengikat perhatianku.
“Ya, saya Andi. Ada apa?” tanyaku sedikit waswas.
“Saya dari Kedutaan Besar Indonesia di Jerman. Kami ingin memberi tahu bahwa teman Anda, Pak Haris, telah meninggal dunia kemarin. Kami mendapatkan kontak Anda dari catatan daruratnya.”
Aku terdiam. Dunia seakan berhenti sejenak. Haris, sahabat karibku sejak kecil, sahabat yang selalu ceria dan penuh semangat, kini telah tiada. Di negeri yang jauh, tanpa keluarga, dan aku tak ada di sana untuknya. Aku mencoba menelan kenyataan pahit ini, tetapi rasa duka dan kehilangan melumpuhkanku. Bayang-bayang masa lalu kami berdua, berlarian di gang kecil kampung, menempuh sekolah bersama, hingga akhirnya kami mengejar mimpi masing-masing ke berbagai penjuru dunia, kini melintas seolah film yang berakhir terlalu cepat.
Persahabatan Yang Indah
Pihak kedutaan memberi tahu bahwa jenazah Haris bisa dibawa pulang ke Indonesia jika keluarga menginginkan. Namun, prosesnya panjang dan penuh detail yang melelahkan. Jujur saja, di tengah kesedihan ini, pikiran untuk mengurus segala administrasi dan logistik tersebut terasa sangat memberatkan.
Dalam kebingungan dan rasa duka yang masih menggantung, aku teringat tentang layanan pemakaman profesional yang pernah kudengar dari teman. Layanan ini menangani segala hal mulai dari pengurusan surat-surat hingga pengiriman jenazah dari luar negeri. Dengan hati-hati, aku menghubungi mereka. Mereka mendengarkan dengan penuh empati dan memberikan janji bahwa semuanya akan diurus dengan baik.
Hari-hari berikutnya berlalu dengan lambat. Setiap saat terasa hampa, namun setidaknya aku merasa sedikit lega karena semua proses sudah ditangani oleh tangan-tangan profesional. Mereka bekerja sama dengan kedutaan, mengurus penerbangan, hingga memastikan semua dokumen resmi terpenuhi. Aku tidak perlu lagi khawatir dengan kerumitan administrasi, dan bisa fokus merasakan duka yang begitu dalam ini.
Ketika akhirnya hari itu tiba, jenazah Haris tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Aku berada di sana, menanti kedatangan sahabatku untuk terakhir kalinya. Ketika peti matinya diturunkan dari pesawat, rasanya tak terkatakan. Aku hanya bisa berdiri kaku, memandang peti kayu yang terbungkus rapi dengan bendera Indonesia.
Selamat Jalan Sahabatku
Layanan pemakaman umum 24 jam menyiapkan ambulans untuk mengantarkan Haris ke rumah duka. Semuanya diatur dengan baik, tanpa ada kebingungan atau masalah. Rombongan keluarga dan teman-teman mulai berdatangan, dan aku menyadari betapa pentingnya momen ini. Aku bersyukur bisa memberikan penghormatan terakhir kepada sahabatku tanpa harus tenggelam dalam rumitnya proses birokrasi yang seharusnya menghantui.
Di pemakaman, aku berdiri di samping liang lahat, melihat peti itu perlahan diturunkan ke tanah. Udara pagi yang sejuk terasa begitu kontras dengan kesedihan yang memenuhi hatiku. Tak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan perasaan saat itu. Hanya kenangan akan Haris yang terus berputar di pikiranku.
Aku menunduk dan berdoa dalam hati, berharap sahabatku bisa beristirahat dengan damai di tanah kelahirannya, di tempat di mana ia seharusnya berada. Dengan bantuan layanan pemakaman ini, aku bisa melewati semua ini dengan lebih mudah. Tidak ada kerepotan, tidak ada kesalahan. Hanya rasa duka yang menyelimuti dan rasa terima kasih karena sahabatku telah kembali ke rumah.
Ketika semua berakhir, aku berdiri di depan makamnya, mengingat tawa dan canda yang pernah kami bagi. Aku tahu, meskipun Haris telah pergi, kenangan kami akan tetap hidup. Dan untuk itu, aku berterima kasih. Aku tahu, di manapun dia berada sekarang, dia pasti tersenyum, melihat bahwa kami bisa mengantarnya pulang dengan layak.
“Selamat jalan, sahabatku,” bisikku pelan. Aku berjanji akan selalu mengenangmu, dan doa-doaku akan selalu menyertaimu.
Leave a Comment