Selamat tinggal sahabat
Kami adalah sahabat sejak kami masih kecil. Namaku Rani, dan temanku yang akan ku ceritakan namanya Dika. Kami selalu bersama, bermain di halaman rumah, berbagi rahasia, dan tertawa bersama. Tidak ada yang bisa memisahkan kami, atau begitulah yang kami pikirkan.
Namun, takdir berkata lain. Dika terlahir dengan penyakit langka yang mengganggu kesehatannya sejak kecil. Ia sering absen dari sekolah karena harus berobat ke rumah sakit, dan kami tidak bisa bermain seperti dulu lagi. Meskipun begitu, kami tetap dekat, saling menguatkan satu sama lain dalam setiap perjuangan yang kami hadapi.
Namun, suatu hari, keadaannya semakin memburuk. Penyakitnya semakin parah, dan dokter memberitahu bahwa ia tidak memiliki banyak waktu lagi. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa Dika, sahabatku yang selalu ada untukku.
Saat ia mulai lemah dan terbaring di ranjang rumah sakit, aku duduk di sampingnya setiap hari, menemani dan memberinya semangat. Kami mengenang kenangan indah yang pernah kami bagikan bersama. Namun, aku tahu, waktunya semakin dekat.
Pada suatu malam yang sunyi, Dika menghembuskan nafas terakhirnya. Aku merasa hancur dan terpukul. Sahabatku, yang selalu bersama dalam suka dan duka, kini telah pergi meninggalkanku. Aku merasa sendirian, merindukan kehadirannya yang hangat dan senyumnya yang manis.
Melalui kepergiannya, aku belajar sebuah pelajaran yang berharga. Betapa pentingnya untuk menghargai setiap momen bersama teman, sekecil apapun itu. Karena suatu hari nanti, kita tidak pernah tahu kapan mereka akan pergi meninggalkan kita. Kesedihan yang aku rasakan saat ini adalah pengingat yang menyakitkan tentang betapa berharganya pertemanan yang telah kami miliki.
Dika telah pergi, tetapi kenangan dan cintanya akan selalu hidup di hatiku. Aku berjanji untuk selalu menghargai setiap teman yang hadir dalam hidupku, karena mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebahagiaan dan kehangatan dalam hidupku.
Leave a Comment