Selimut Kasih di Tengah Duka

Di sebuah rumah yang berada di tepi kota, duka menyelimuti keluarga Suryadi. Sang ayah, Pak Ahmad, telah berpulang meninggalkan istri dan tiga anaknya. Kepergiannya bukan hanya meninggalkan lubang dalam hati mereka, tapi juga banyak pertanyaan tentang bagaimana mereka akan melanjutkan hidup tanpa sosok kepala keluarga yang selama ini menjadi penopang, Selimut Kasih di Tengah Duka.

Namun, di balik kesedihan yang mendalam itu, ada seberkas cahaya yang menyelusup ke dalam hati keluarga Suryadi. Mereka beruntung karena telah memiliki asuransi yang mengurus segala keperluan pemakaman Pak Ahmad. Dengan demikian, beban administratif dan logistik yang biasanya membingungkan di saat duka tidak lagi menjadi masalah bagi mereka.

Kehidupan Terus Berlanjut Dikala Duka

Bu Suryadi, dengan wajah yang masih basah oleh air mata, duduk di ruang tamu bersama ketiga anaknya. Ia memegang tangan putra bungsunya yang masih sulit memahami mengapa ayahnya tidak lagi ada di sana untuk memeluknya setiap malam. Di sebelahnya, putri sulungnya, Rina, merangkul adiknya yang tak henti-hentinya menangis. Sementara itu, putra tengahnya, Bayu, menatap ke luar jendela dengan mata kosong, berusaha mencari cara untuk mengatasi rasa sakit yang menghimpit dadanya.

Di tengah-tengah suasana duka itu, seorang perwakilan dari perusahaan pengurusan asuransi pemakaman datang. Dengan suara lembut dan penuh pengertian, ia menjelaskan bahwa semua keperluan pemakaman telah diatur. Peti mati, pengangkutan jenazah, hingga pemakaman di TPU telah diurus. Bahkan, bunga-bunga yang akan menghiasi pemakaman pun sudah dipersiapkan. Keluarga Suryadi hanya perlu hadir dan memberi penghormatan terakhir kepada Pak Ahmad.

Hari pemakaman pun tiba. Langit mendung seolah turut berduka, tapi di hati keluarga Suryadi, ada sedikit ketenangan. Mereka tidak perlu memikirkan hal-hal teknis dan bisa fokus pada kenangan-kenangan indah bersama Pak Ahmad.

Di pemakaman, Rina menyampaikan sepatah dua patah kata. Suaranya bergetar, tapi ia berusaha tegar. “Ayah adalah sosok yang penuh kasih sayang. Ia mengajarkan kami banyak hal, dari cara menghargai orang lain hingga pentingnya bekerja keras. Meskipun ia tidak lagi bersama kami, kenangan tentangnya akan selalu hidup di hati kami.”

Selimut Kasih di Tengah Duka yang Menghangatkan

Setelah Rina selesai, Bayu melangkah maju. Matanya yang merah dan sembab menunjukkan betapa beratnya kehilangan ini bagi dirinya. “Ayah, terima kasih sudah menjadi pahlawan dalam hidup kami. Kami akan merindukanmu setiap hari.”

Terakhir, Bu Suryadi berdiri di depan kerumunan. “Ahmad adalah suami yang luar biasa dan ayah yang penuh cinta. Kami akan selalu mengenang kebaikan dan kebijaksanaannya. Terima kasih kepada semua yang telah membantu kami, khususnya perusahaan asuransi yang memberikan kami ruang untuk berduka dan mengenang tanpa harus dibebani dengan urusan-urusan yang menyulitkan.”

Tangis pecah ketika jenazah Pak Ahmad diturunkan ke liang lahat. Tapi di tengah air mata itu, ada rasa syukur karena mereka bisa memberikan penghormatan yang layak tanpa harus terbebani dengan masalah-masalah yang sebenarnya tidak penting di saat seperti itu.

Setelah pemakaman, keluarga Suryadi kembali ke rumah dengan hati yang masih berat, tapi sedikit lebih lega. Mereka tahu bahwa mereka memiliki waktu untuk benar-benar berduka dan mengenang Pak Ahmad tanpa terganggu oleh urusan administratif. Di rumah, mereka menggelar doa bersama, mengenang kebaikan dan kasih sayang Pak Ahmad.

Waktu akan terus berjalan, dan luka ini mungkin tak akan sepenuhnya sembuh. Tapi mereka tahu, di balik kesedihan ini, ada cinta yang abadi. Dan cinta itu akan selalu menjadi selimut yang menghangatkan hati mereka, memberikan kekuatan untuk melanjutkan hidup tanpa Pak Ahmad.

Leave a Comment

Leave a Reply