Setiap Batu Nisan Punya Cerita

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pepohonan hijau dan jalan setapak berliku, hiduplah dua sahabat karib, Alex dan Ryan. Mereka telah bersahabat sejak kecil dan melalui segala suka dan duka bersama-sama. Namun, ada satu hal yang membedakan mereka: kebiasaan Alex untuk mengunjungi makam ibunya setiap bulan.

Setiap bulan, Alex akan pergi ke pemakaman, mengunjungi makam ibunya yang terletak di ujung sudut terpencil dari kota kecil itu. Ryan selalu mendampingi Alex dalam setiap kunjungannya, meskipun tak pernah sepenuhnya mengerti betapa beratnya beban yang dipikul oleh sahabatnya itu.

Kenangan

Hari itu, mereka berdua berjalan dengan langkah hati-hati melewati barisan makam yang tertata rapi. Udara terasa dingin, dan awan mendung menutupi langit. Di antara jalan setapak yang dilalui, ada satu makam yang selalu menarik perhatian Ryan: makam ibu Alex.

“Mengapa kamu selalu menangis di sini, Alex?” tanya Ryan dengan suara lembut, mencoba memahami perasaan sahabatnya.

Alex menatap makam ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Karena setiap kali aku datang ke sini, aku merasa ibuku masih bersamaku. Namun, kenyataannya, ia telah pergi untuk selamanya. Kehilangannya begitu berat bagiku, Ryan. Dia adalah segalanya bagiku.”

Ryan mengangguk memahami, meskipun dia tidak pernah mengalami kehilangan yang sedalam itu. Ayahnya masih ada, meskipun dalam keadaan terpisah dengan ibunya.

“Bagaimana dengan adik-adikmu?” tanya Ryan, mencoba mengalihkan perhatian Alex dari kesedihannya.

Alex menghela nafas. “Mereka dititipkan ke panti asuhan setelah kematian ibuku. Aku berusaha menjaga hubungan dengan mereka sebaik mungkin, tapi rasanya tidak pernah cukup. Aku merasa bersalah karena tidak bisa memberikan mereka kehidupan yang lebih baik.”

Ryan merangkul bahunya dengan lembut. “Kamu telah melakukan yang terbaik yang kamu bisa, Alex. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.”

Kebersamaan

Mereka duduk bersama di samping makam ibu Alex, menikmati keheningan yang menyelimuti pemakaman. Di antara keheningan itu, Alex mulai menceritakan kenangan indah bersama ibunya. Tentang bagaimana ibunya selalu tersenyum meskipun berada dalam kesulitan, dan bagaimana ia memberikan cinta tanpa syarat kepada anak-anaknya.

Saat senja mulai memudar, mereka berdua berdiri untuk meninggalkan pemakaman. Namun, sebelum mereka pergi, Alex menaruh sebuah buket bunga di atas batu nisan ibunya.

“Terima kasih sudah mendengarkan, Ryan,” ucap Alex, senyumnya menunjukkan sedikit kelegaan.

Ryan mengangguk. “Kapan pun kamu butuh seseorang untuk mendengarkan, aku akan selalu di sini untukmu.”

Mereka meninggalkan pemakaman dengan langkah hati-hati, meninggalkan belakang mereka kisah cinta seorang anak pada ibunya yang tak akan pernah pudar. Meskipun hati Alex masih terluka, tapi dengan kehadiran sahabatnya, ia merasa sedikit lebih ringan. Dan setiap kali ia mengunjungi makam ibunya, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Karena sahabat sejati adalah seseorang yang akan selalu bersamamu dalam suka dan duka.

Leave a Comment

Leave a Reply