Surat Terakhir Ibu
Malam itu, angin berhembus lembut seolah ingin mengusap lembut hati yang terluka. Di sebuah rumah kecil di pinggiran kota, keheningan malam dirusak oleh isak tangis yang pecah dari kamar tidur sederhana. Ibu mereka, seorang wanita kuat yang selama ini berjuang sendiri membesarkan mereka, telah meninggalkan dunia ini. Di samping tubuhnya yang kini tak bernyawa, sebuah surat tertulis rapi dengan tinta biru yang familiar Surat Terakhir Ibu.
“Untuk anak-anakku tersayang,
Jika kalian membaca surat ini, berarti Ibu sudah tidak bersama kalian lagi. Ibu ingin kalian tahu betapa Ibu mencintai kalian lebih dari apa pun di dunia ini. Kalian adalah alasan Ibu bertahan selama ini, alasan Ibu berjuang meski dunia sering kali terasa terlalu berat.
Ibu minta maaf karena tidak bisa menemani kalian lebih lama. Ibu hanya berharap satu hal, jangan biarkan kepergian Ibu menjadi beban bagi kalian. Biaya pemakaman sering kali menjadi hal yang memberatkan, dan Ibu tidak ingin kalian terbebani oleh hal itu. Carilah solusi yang sederhana dan terjangkau. Ibu akan tetap merasa damai, mengetahui bahwa kalian tidak terbebani.
Tetaplah bersama, saling menjaga, dan ingatlah bahwa cinta Ibu selalu ada di hati kalian.
Dengan cinta yang tak terbatas, Ibu”
Surat yang Penuh Kesedihan
Surat itu berakhir dengan tanda tangan khas ibu yang melengkung indah, membuat siapa pun yang membacanya bisa merasakan kasih sayangnya yang tulus. Air mata mereka mengalir deras, mengaburkan huruf-huruf terakhir yang penuh cinta dan pengorbanan. Namun, ada sesuatu yang lebih dari sekadar kesedihan di dalam hati mereka. Ada tekad untuk memenuhi permintaan terakhir ibu, meski terasa begitu berat.
Keesokan harinya, mereka mulai mencari solusi. Setiap telepon ke layanan pemakaman tradisional membawa kabar yang tak menggembirakan: biaya yang sangat mahal, prosedur yang rumit, dan kesan formalitas yang kaku. Putus asa mulai menghampiri mereka. Mereka bertanya-tanya bagaimana cara mereka bisa menghormati ibu tanpa menambah beban keuangan yang sudah berat.
Di tengah keputusasaan, salah satu dari mereka menemukan sebuah iklan kecil di internet tentang layanan pemakaman swasta yang menawarkan solusi layanan pengurusan pemakaman terjangkau dan personal. Nama perusahaan itu adalah “Kamboja.” Dengan harapan yang mulai tumbuh, mereka menghubungi nomor yang tertera.
Di ujung telepon, suara lembut seorang wanita menyambut mereka. “Kamboja, dengan siapa saya berbicara?”
Mereka menjelaskan situasi mereka, perasaan mereka, dan surat terakhir ibu. Suara di telepon itu penuh dengan empati. “Kami akan membantu kalian dan percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan pemakaman yang layak tanpa harus terbebani oleh biaya yang besar. Kami akan mengurus semua yang diperlukan, dan memastikan ibu kalian mendapatkan perpisahan yang damai dan penuh cinta.”
Dari Surat Terakhir Ibu yang Bermakna
Hari itu, tim dari Kamboja datang ke rumah mereka. Tidak ada kesan formalitas yang kaku, tidak ada pembicaraan tentang biaya yang mengintimidasi. Hanya ada senyum, kata-kata penghiburan, dan rasa kemanusiaan yang tulus. Mereka mengatur segalanya dengan detail dan penuh perhatian, dari upacara sederhana di rumah hingga pemakaman di tempat yang tenang.
Ketika hari pemakaman tiba, anak-anak itu berdiri di depan makam ibu mereka, hati mereka masih berat oleh kehilangan, tetapi juga terasa lega. Mereka telah memenuhi permintaan terakhir ibu, dan menemukan bahwa di tengah keputusasaan, ada harapan yang bisa ditemukan. Ada orang-orang baik yang siap membantu, ada cara untuk melewati masa-masa sulit tanpa harus merasa sendirian.
Dalam perpisahan itu, mereka merasakan kehadiran ibu. Mereka tahu, di suatu tempat di sana, ibu tersenyum bahagia melihat anak-anaknya tetap kuat dan bersama. Dan dalam setiap langkah mereka ke depan, mereka membawa cinta dan kenangan ibu yang tak pernah pudar.
Leave a Comment