Tentara Cinta Abadi

Di pinggiran kota kecil yang diselimuti oleh hamparan hijau dan udara segar, hiduplah sepasang suami istri tua, Pak Budi dan Bu Tuti. Mereka telah menikah selama lebih dari lima puluh tahun, dan meskipun usia mereka telah lanjut, cinta di antara mereka tetap segar seperti bunga di pagi hari.

Anak-anak mereka, Andi, Sinta, dan Rina, telah lama meninggalkan rumah untuk mengejar impian mereka masing-masing. Namun, ketika kedua orang tua mereka semakin rapuh, mereka selalu bersedia kembali untuk menjaga dan merawat mereka.

Kehidupan

Suatu pagi yang cerah, sebelum matahari sempat menampakkan sinarnya, Bu Tuti meninggal dunia di samping suaminya, Pak Budi. Ketika Andi, Sinta, dan Rina berkumpul di sekitar tempat tidur orang tua mereka, mereka melihat bahwa tangan kedua orang tua mereka masih berpegangan erat dengan senyum bahagia di wajah mereka.

Andi, yang merupakan anak tertua, meraih tangan ayahnya dengan lembut. “Apa yang kalian rasakan, ayah?”

Pak Budi menatap mata putranya dengan penuh kasih sayang. “Kami telah bersama selama lebih dari setengah abad, Andi. Cinta kami tidak pernah pudar, bahkan di ujung kehidupan ini. Kami bahagia karena kita akan bersama-sama selamanya, meskipun di alam lain.”

Sinta meneteskan air mata di sudut matanya. “Kalian adalah contoh cinta sejati bagi kami. Kami beruntung memiliki orang tua seperti kalian.”

Rina, yang selalu menjadi yang paling pendiam di antara mereka, menggenggam tangan ibunya. “Kami akan merindukan kalian, tapi kami tahu kalian akan selalu bersama-sama di hati kami.”

Senyuman

Mereka bertiga menghabiskan beberapa saat terakhir bersama-sama, mengenang kenangan indah bersama kedua orang tua mereka. Meskipun sedih karena kepergian mereka, mereka juga merasa lega bahwa Pak Budi dan Bu Tuti pergi dengan damai, bersama-sama seperti yang mereka inginkan.

Setelah mengurus semua persiapan pemakaman, Andi, Sinta, dan Rina duduk bersama di halaman belakang rumah mereka. Mereka melihat langit yang cerah dipenuhi oleh warna-warni senja yang mempesona.

Andi menoleh pada adik-adiknya dengan senyum lembut. “Kita harus belajar dari mereka, bahwa cinta sejati tidak pernah lekang oleh waktu. Mereka adalah tentara cinta abadi.”

Sinta mengangguk setuju. “Ya, kita harus menjaga dan merawat cinta yang kita miliki, seperti yang mereka lakukan satu sama lain.”

Rina menatap langit, membiarkan angin menyapu rambutnya. “Mereka mungkin telah pergi dari dunia ini, tapi cinta mereka akan terus hidup di dalam kita.”

Dan di bawah langit yang indah, mereka bersama-sama merayakan kehidupan kedua orang tua mereka, mengenang cinta yang telah mereka bagi, dan berjanji untuk membawa warisan cinta itu selamanya.

Leave a Comment

Leave a Reply