Wasiat Terakhir Sang Ayah

Ketika pagi itu tiba dengan langit kelabu, keluarga kecil Alif berdiri di tepi lubang kubur. Sang ayah, Hendra, baru saja berpulang. Perasaan kehilangan menggantung berat di udara, menekan dada setiap orang yang hadir. Di tengah duka yang mendalam, Alif menemukan sebuah surat yang terselip di antara dokumen-dokumen lama milik ayahnya. Surat itu ditulis dengan tangan gemetar, penuh makna dan pesan terakhir yang begitu menyentuh hati sebuah Wasiat Terakhir Sang Ayah.

“Untuk keluargaku tercinta,” demikian surat itu dimulai, “Jika kau membaca ini, berarti aku telah pergi. Aku mohon, janganlah kalian terlalu larut dalam kesedihan. Aku ingin pemakamanku sederhana, namun penuh makna. Jangan mengeluarkan biaya besar. Sebagai gantinya, gunakan uang itu untuk masa depan kalian. Aku mencintai kalian semua, lebih dari yang bisa kuungkapkan dengan kata-kata.”

Bakti dari Wasiat Terakhir Sang Ayah

Alif merasakan air mata mulai membasahi pipinya. Ia tahu, ayahnya selalu memikirkan keluarga, bahkan di saat-saat terakhirnya. Namun, dengan kondisi keuangan yang pas-pasan, melaksanakan pemakaman sederhana yang bermakna tampak seperti sebuah impian yang sulit terwujud. Mereka sudah merasa beruntung bisa makan tiga kali sehari. Bagaimana mereka bisa mengatur pemakaman yang layak?

Dalam kebingungan dan kesedihan, Alif menghubungi berbagai penyedia jasa pemakaman. Setiap kali ia menyebutkan keterbatasan anggaran mereka, ia menerima penolakan atau jawaban yang mengecewakan. Hingga akhirnya, satu perusahaan kecil, Pemakaman Sentosa, menawarkan bantuan. “Kami mengerti kesulitan Anda,” kata seorang wanita bernama Siti di ujung telepon. “Kami percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan perpisahan yang bermakna.”

Dengan hati yang dipenuhi harapan baru, Alif bertemu dengan Siti. Perusahaan itu, meski kecil, dipenuhi orang-orang yang bekerja dengan hati. Mereka bukan hanya melihat angka, tetapi juga memahami emosi dan kesedihan yang menyertai kehilangan.

Hari pemakaman pun tiba. Tanpa disangka, segala sesuatunya berjalan dengan indah dan penuh makna, persis seperti yang diinginkan Hendra. Tidak ada kemewahan berlebihan, hanya kehangatan dan kebersamaan yang terasa. Tenda sederhana didirikan, dihiasi bunga-bunga liar yang dipetik dari sekitar. Keluarga, tetangga, dan sahabat berkumpul, berbagi kenangan tentang Hendra. Mereka tertawa dan menangis bersama, mengingat sosok pria yang sederhana namun memiliki hati yang besar.

Kesedihan tetapi Bakti

Saat peti jenazah perlahan diturunkan ke dalam liang lahat, Alif memegang erat surat wasiat ayahnya. Di saat itulah, ia menyadari betapa besar cinta ayahnya yang selalu memikirkan kesejahteraan keluarganya hingga akhir hayat. Ia juga menyadari bahwa dalam kesederhanaan, terdapat keindahan dan kehangatan yang tiada tara. Pemakaman ini bukan sekadar upacara perpisahan, tetapi sebuah perayaan kehidupan Hendra yang penuh kasih.

Ketika semua orang mulai meninggalkan pemakaman, Alif berhenti sejenak. Ia menatap ke arah liang lahat yang kini tertutup tanah, lalu ke langit yang mulai cerah. Ada ketenangan dalam hatinya, sebuah penerimaan dan rasa syukur yang mendalam. Ia tahu, meski mereka tidak memiliki banyak harta, mereka memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga: cinta dan kenangan yang abadi.

Pemakaman Sentosa tidak hanya membantu mereka mengatur pemakaman, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang arti kebersamaan dan kehangatan emosional. Mereka mengingatkan Alif dan keluarganya bahwa dalam setiap akhir, selalu ada awal baru yang penuh harapan. Dengan begitu, wasiat terakhir Hendra benar-benar terwujud, memberikan pemakaman yang sederhana namun penuh makna, seperti yang diinginkannya Wasiat Terakhir Sang Ayah.

Leave a Comment

Leave a Reply